Kamis, 12 Februari 2015

Metode Pendidikan yang Berpengaruh terhadap Anak

Metode-metode yang berpengaruh terhadap anak meliputi sebagai berikut:
1)      Pendidikan dengan keteladanan
2)      Pendidikan dengan adat kebiasaan
3)      Pendidikan dengan nasehat
4)      Pendidikan dengan memberi perhatian
5)      Pendidikan dengan memberi hukuman

1)      Pendidikan dengan keteladanan
Masalah keteladanan menjadi factor penting dalam menentukan baik buruknya anak. Jika pendidik jujur, dapat dipercaya, berakhlak mulia, berani, dan menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan agama, maka si anak akan tumbuh dalam kejujuran, terbentuk dengan akhlak mulia, berani dan menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang bertentangan dengan agama. Begitu pula sebaliknya jika pendidik pembohong, khianat, kikir, penakut, dan hina, maka si anak akan tumbuh dalam kebohongan, khianat, durhaka, kikir, penakut dan hina.
 Allah Swt. juga mengajarkan bahwa rasul yang diutus untuk menyampaikan risalah samawi kepada unat manusia, adalah seorang yang mempunyai sifat-sifat luhur, baik spiritual, moral maupun intelektual. Sehingga umat manusia meneladaninya, belajar darinya, memenuhi panggilannya, menggunakan metodenya dalam hal kemuliaan, keutamaan dan ahklak yang terpuji. 
" Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik" (Al Ahzab:21)
2)      Pendidikan dengan adat kebiasaan
Adapun tentang metode Islam dalam memperbaiki anak-anak, adalah mengacu pada dua pokok: Pengajaran
a.       Pembiasaan
Yang dmaksud dengan pengajaran adalah upaya teoritis dalam perbaikan dan pendidikan. Sedangkan yang dimaksud dengan pembiasaan adalah upaya praktis dalam pembentukan (pembinaan) dan persiapan. Setelah diketahui bahwa kecendrungan dan naluri anak-anak dalam pengajaran dan pembiasaan adalah sangat besar dibanding usia lainnya, maka hendaklah para pendidik, ayah, ibu, dan pengajaran, memusatkan perhatian pada pengajaran anak-anak tentang kebaikan dan upaya membiasakannya, sejak ia mulai memahami realita kehidupan ini. 
“Suruhlah anak-anakmu mengerjakan salat, ketika mereka berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka jika enggan, ketika mereka berusia sepuluh tahun, dan pisahkanlah tempat tidur mereka”.
Ini juga termasuk teoritis. Segi praktisnya adalah mengajari anak-anak tentang hukum salat, bilangan rakaatnya tata cara mengerjakannya dengan berjamaah di masjid, sehingga salat haknya merupakan kebiasaan yang tidak terpisahkan.
Seperti diriwayatkan oleh Thabrani dari Ali ra. bahwa Rasulullah saw bersabda:


Didiklah anak-anakmu pada tiga hal: cinta kepada Nabi kamu, cinta kepada ahli baitnya, dan membaca Al Quran”.
Ini juga segi teoritis. Sedang praktisnya adalah, agar pendidik mengumpulkan anak didik dan membacakan kepada mereka sejarah kehidupan Rasulullah saw, ahli bait dan sahabatnya, termasuk kepribadian tokoh dan pemuka-pemuka sejarah Islam, di samping mengajari mereka untuk membaca Al Quran. Dengan demikian, anak-anak mengikuti orang-orang terdahulu dalam kepahlawanan dan jihad-nya. Jiwa dan perasaan anak-anak terkait dengan sejarah Islam dan dengan Al Quran sebagai undang-undang serta pedoman hidup.
Ada hal-hal penting yang harus diketahui oleh para pendidik dalam hal mengajarkan kebaikan kepada anak-anak dan membiasakan mereka berbudi luhur. Yaitu mengikuti metode pemberian dorongan dengan kata-kata baik dan memberikan hadiah. Terkadang memakai metode pengenalan untuk disenangi (targhib), dan dengan metode pengenalan untuk dibenci (tarhib).
Para pendidik dengan segala bentuk dan keadaannya, jika mengambil metode Islam dalam pendidik kebiasaan, membentuk akidah, dan budi pekerti, maka pada umumnya, anak-anak akan tumbuh dalam akiidah Islam yang kokoh serta akhlak  yang luhur, sesuai dengan ajaran Al Quran. Bahkan memberikan teladan kepada orang lain, dengan berlaku yang mulia dan sifatnya yang terpuji. Karena itu para pendidik hendaknya menyingsingkan lengan baju untuk memberikan hak pendidikan bagi anak-anak dengan pengajaran, pembiasaan, dan pendidikan akhlak. Jika mereka telah melaksanakan upaya ini, berarti mereka telah menunaikan kewajiban dan tanggung jawabnya.
Pendidikan dengan mengajarkan dan pembiasaan adalah pilar terkuat dalam pendidikan dan metode paling efektif dalam membentuk iman anak serta meluruskan akhlaknya. Tidak diragukan, bahwa pendidik dan membiasakan anak sejak kecil adalah paling menjamin untuk mendatangkan hasil. Sedangkan mendidik dan melatih setelah dewasa sangat sukar untuk mencapai kesempurnaan.
3.      Pendidikan dengan nasihat
Nasihat dapat membukakan mata anak-anak tentang hakikat sesuatu dan mendorongnya menuju situasi luhur, menghiasinya dengan akhlak yang mulia,serta membekalinya dengan prinsip-prinsip Islam. Karenanya, tidak heran kita mendapatkan Al Quran memakai metode ini, yang berbicara pada jiwa-jiwa, dan mengulang-ulangnya dalam beberapa ayat.
Di bawah ini adalah contoh Al Quran yangberulang-ulang dalam menuturkan nasihat dan peringatan.
Allah berfirman:
“Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia member pelajaran kepadanya. ‘Hai anakku, janganlah kamu menyukutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar’. Dan Kami perintahkan kepada manusia (barbuat baik) kepadaibu bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukur kepada Ku dan kepada duaorang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.”(Al Lugman 13)
Hendaknya pendidik mengambil metode Al-Quran dalam berbicara kepada orang lain dan mengajak kepada kebaikan, karena Alquan adalah kitab mulia yang terbebas dari  kebatilan. Seperti keharusan bercermin kepada pembawa risalah yang kekal abadi, Muhamad SAW dalam tata cara memberikan nasehat dan petunjuknya. Sebab beliau bersifat ma’shum, yang tidak berkata-kata menurut hawa nafsunya dan tak seoarang pun akan sampai kepada kesempurnaan dan martabatnya.
4.      Pendidikan dengan perhatian / pengawasan
Yang di maksud pendidikan dengan perhatian adalah mencurahkan, memperhatikan dan senantiasa mengikuti perkembangan anak dalam pembinaan aqidah dan moral, pesiapan spiritual , dan sosial, disamping selalu bertanya tentang situasi pendidikan jasmani dan kemampuan ilmiahnya.
Islam, dengan keunivrersalan prnsipnya dan peraturanya yang abadi, memerintah para bapak,ibu, dan pendidik, untuk memperhatikan dan senantiasa mengikuti serta mengawasi anak-anaknya, dalam segala segi kehidupan dan pendidikan tang universal.
 
1.      Perhatian segi keimanan Anak
Para pendidik hendaknya memperhatikan apa yang dipelajari anak prinsip, pikiran, dan keyakinan yang diberikan oleh para pembimbingnya, dalam uapaya pengarahan dan pengajaranya, baik disekolah atau di luar sekolah.
Para pendidik hendaknya memperhatikan apa yang di baca anak, buku, majalah, dan brosur-brosur. Jika didalamnya terdapat pikiran-pikiran menyeleweng, prinsip-prinsip atheis dan kristenisasi,maka hendaknya segera merampasnya. Disamping itu memberi pengertian kepada anak bahwa didalamnya terdapat sesuatu tyang membahayakan kemurnian iman. Juga memperhatikan teman-teman sepergaulanya.
Disamping itu para penidik hendaknya memperhatikan partai dan organisasi yang menjadi ajang aktivitas anak. Jika ternyata organisasi atheis dalam prinsip dan pengarahnya, tujuan dan orientasinya, maka segeralah pendidik melarang dan meningkatkan pengawasanya, gunakanlah kesempatan untuk memberikan pengertian dan pengarahan kepada si anak. Sehingga ia kembali kepada yang hak, kepada petunjuk, berjalan pada jalan yang lurus.



2.      Perhatian Segi Moral Anak
Para pendidik hendaknya memperhatikan sifat kejujuran anak. Jika ketahuan bahwa anak suka berdusta dalam ucapan, dan janjinya, mempermainkan kata-kata dan ucapan, tampil dalam masyarat dengan penampilan munafik dan pendusta, maka pendidik harus segera menagani persoalan yang ia perlakukan itu.
Karenanya hendaknya kita senantiasa memperhatikan dan mengawasi anak-anak dengan sepenuh hati, pikiran, dan perhatian. Perhatian segi keimanan, rohani, akhlak, ilmu pengetahuan, pergaulan dengan orang lain, sikap emosi, dan segala sesuatunya. Dengan begitu anak kita akan menjadi seorang mukmin yang bertaqwa, disegani, dihormati, dan terpuji.
5.      Pendidikan dengan memberi hukuman
Di bawah ini metode yang di pakai islam dalam upaya memberi hukuman kepada anak:
a.       Lemah lembut dan kasih sayang adalah dasar pembenahan anak, bukhari dalam adabul mufrid meriwayatkan: “hedaknya kamu bersikap lemah lembut, kasih sayang, dan hindarilah sikap keras serta keji.”
b.      menjaga tabiat anak yang salah dan menggunakan hukuman
anak-anak, di lahat dari segi kecerdasannya berbeda, baik kelenturan maupun pemberian tanggapannya. Juga berbeda dari segi pembawaan tergantung pada perbandingan masing-masing. Diantara mereka ada yang berpenampilan tenang, ada pula yang berpembawaan emosional dank keras.ada yang berpembawaan tersebut. Dan semua itu tergantung pada keturunan, pengaruh lingkungan, faktor-faktor pertumbuhan, dan pendidikan.
Sebagian anak, hanya cukup dengan menampilkan muka cembrutdalam melarang dan memperbaikinya. Anak lain tidak bisa dengan cara itu, harus dengan kecaman. Bahakan terkadang pendidik perlu menggunakan tongkat untuk di hadiahkan kepada anak itu sebagai hukuman yang membuatnya jera.
Tetapi pendidik hendaknya bijaksana dalam menggunakan cara hukuman yang sesuai tidak bertentangan dengan tingkat kecerdasan anak, pendidikan dan pembawaanya. Disamping itu , hendaknya ia tidak segera mengunakan hukuman kecuali setelah menggunakan cara-cara lain, hukuman adalah cara yang paling akhir.
Dalam upaya pembenahan hendaknya di lakukan secara bertahap, dari yang ringan hingga yang paling keras. Bahwa pendidikan dengan menggunakn hukuman adalah cara yang paling akhir. Ini berarti bahwa disana terdapat beberapa cara dalam memperbaiki dan mendidik.

Pendidik harus memperlakukan anak dengan perlakuan yang sesuai dengan tabiat dan pembawaanya serta mencari faktor yang menyebabkan kesalahan. Hal ini menmbantu pendidik dalam upaya menyingkap sebab penyimpangan anak, agar di temukan cara terbaik untuk memperbaikinya. 

0 komentar:

Posting Komentar