Nilai tukar
petani (NTP) adalah rasio antara indeks harga yang diterima petani dengan
indeks harga yang dibayar petani yang dinyatakan dalam persentase. Nilai tukar
petani merupakan salah satu indikator dalam menentukan tingkat kesejahteraan
petani. Pengumpulan data dan perhitungan NTP di Indonesia dilakukan
oleh Biro Pusat Statistik.
Indeks harga yang
diterima petani (IT) adalah indeks harga yang menunjukkan perkembangan
harga produsen atas hasil produksi petani. Dari nilai IT, dapat dilihat
fluktuasi harga barang-barang yang dihasilkan petani. Indeks ini digunakan juga
sebagai data penunjang dalam penghitungan pendapatan sektor pertanian.
IT dihitung berdasarkan
nilai jual hasil pertanian yang dihasilkan oleh petani, mencakup sektor padi, palawija, hasil
peternakan,perkebunan rakyat, sayuran, buah, dan hasil perikanan (perikanan
tangkap maupun budi daya).
Indeks harga yang
dibayar petani (IB) adalah indeks harga yang menunjukkan perkembangan
harga kebutuhan rumah tangga petani, baik kebutuhan untuk konsumsi rumah tangga
maupun kebutuhan untuk proses produksi pertanian. Dari IB, dapat dilihat
fluktuasi harga barang-barang yang dikonsumsi oleh petani yang merupakan bagian
terbesar dari masyarakat di pedesaan, serta fluktuasi harga barang yang
diperlukan untuk memproduksi hasil pertanian. Perkembangan IB juga dapat menggambarkan
perkembangan inflasi di pedesaan.
IB dihitung berdasarkan
indeks harga yang harus dibayarkan oleh petani dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya dan penambahan barang modal dan biaya produksi, yang dibagi lagi
menjadi sektor makanan dan barang dan jasa non makanan.
Secara umum NTP
menghasilkan 3 pengertian :
NTP > 100 berarti
NTP pada suatu periode tertentu lebih baik dibandingkan dengan NTP pada tahun
dasar, dengan kata lain petani mengalami surplus. Harga produksi naik lebih
besar dari kenaikan harga konsumsinya. Pendapatan petani naik dan menjadi lebih
besar dari pengeluarannya.
NTP = 100 berarti NTP
pada suatu periode tertentu sama dengan NTP pada tahun dasar, dengan kata lain
petani mengalami impas. Kenaikan/penurunan harga produksinya sama dengan persentase
kenaikan/penurunan harga barang konsumsi. Pendapatan petani sama dengan
pengeluarannya.
NTP < 100 berarti
NTP pada suatu periode tertentu menurun dibandingkan NTP pada tahun dasar,
dengan kata lain petani mengalami defisit. Kenaikan harga produksi relatif
lebih kecil dibandingkan dengan kenaikan harga barang konsumsinya. Pendapatan
petani turun dan lebih kecil dari pengeluarannya.
Nilai tukar petani
dapat bervariasi di setiap daerah dan berfluktuasi seiring waktu. Nilai tukar
petani dihitung secara skala nasional maupun lokal. Nilai tukar petani secara
nasional pada periode Oktober 2013 mengalami peningkatan 0.71% dari 104,56 poin
pada periode September 2013 ke 105,30 poin namun secara lokal, misal
di Jambi,
didapatkan hasil yang berbeda. Di Jambi pada periode yang sama nilai tukar
petani naik sebesar 0,63 persen dibanding bulan sebelumnya yaitu dari 87,56
point menjadi 88,11 point pada Oktober 2013.Peningkatan nilai tukar petani
di Bali juga
dilaporkan berbeda, yakni sebesar 0,16 persen dari 106,82 persen pada September
2013 menjadi 107 persen pada bulan Oktober 2013.
Orientasi pembangunan
saat ini yang berfokus pada industri dan modal cenderung mengesampingkan
pembangunan pertanian pedesaan, sehingga indikator nilai tukar petani tidak
masuk ke dalam tujuan pembangunan.
0 komentar:
Posting Komentar