Minggu, 26 April 2015

Faktor-Faktor Penentu Prospek Pertumbuhan Ekonomi Indonesia


1. Factor Internal
      Tidak dapat dipungkiri bahwa factor penyebab utama terjadinya krisis rupiah menjadi krisis ekonomi paling besar yg pernah dialami Indonesia pada tahun 98. Karena buruknya fundamental ekonomi nasional, sedangkan lambatnya pemulihan ekonomi Indonesia selama 2 tahun belakangan ini disebabkan oleh factor politik, social, dan keamanan di dalam negeri yg kenyataannya sejak reformasi dicetuskan pada mei 98 lalu hingga saat ini semakin buruk. Selama tahun 2000 fundamental ekonomi indoensia mengalami perbaikan yg nyata, walaupun lajunya lambat sehingga masih jauh dari kondisi baik atau kuat.
   Pemulihan ekonomi Indonesia berjalan lambat. Dikarenakan proses fundamental ekonomi nasional tidak disertai kestabilan politik dan keamanan yg memadai, penyelesaian konflik nasional, serta kepastian hokum. Factor-faktor nonekonomi ini merupakan aspek-aspek penting dalam menentukan resiko yg terdapat di dalam suatu Negara yg menjadi dasar keputusan pelaku-pelaku bisnis, khususnya asing untuk melakukan usaha di Negara tersebut.
    Ketidakstabilan politik dan social, yg terus berlangsung dan tidak ada tanda-tanda akan membaik pada tahun 2001 ini serta ditambah lagi tidak adanya rasa aman membuat tingkat resiko di Negara Indonesia semakin tinggi. Perkembangan yg tidak menentu sepeerti ini menjadi penghalang utama pertumbuhan investasi di Negara Indonesia.
   Investasi, khususnya penanaman modal jangka panjang (PMA) merupakan sumber utama pertumbuhan ekonomi jangka panjang, terutama pada sector-sektor ekonomi yg secara potensial yg bisa sangat produktif dan bisa diandalkan sebagai sumber devisayg saat ini mengalami kelesuan. Sampai ke triwulan kedua tahun 2000, nilai pengeluaran konsumi mencapai Rp 76,3 triliyun yg di dominasi oleh pengeluaran konsumsi rumah tangga yg hamper mencapai Rp 69 triliun.
   Angka persetujuan investasi baik usulan penanaman modal asing (PMA) maupun penanaman modal dalam negeri (PMDN) menunjukkan bahwa sector swasta melakukkan investasi di dalam negeri cenderung menurun. Sejak januari tahun 2000 pemerintah telah memberikan persetujuan PMA sebanyak 536 proyek senilai Rp2,1 miliar dollar AS serta usulan proyek PMDN sebanyak 117 dengan nilai Rp11,7 triliun. Selama tahun 99 jumlah proyek yg disetujui untuk PMA 1.164 proyek Rp10.890,6 juta dollar AS dan PMDN sebanyak 273 proyek senilai Rp53.550 miliar.
2. Faktor Eksternal
     Kondisi perdagangan dan perekonomian regional atau dunia merupakan factor eksternal yg sangat penting untuk mendukung pemulihan ekonomi di Indonesia. Kondisi ini penting karena sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan ekspor dan investasi asing di dalam negeri. Apabila perekonomian di Negara-negara mitra dagang mengalami kelesuan, terutama jepang, Amerika serikat, Eropa barat, dan Australia akan mempersulit Indonesia dalam proses pemulihannya.
   Banyak lembaga dunia memprediksikan kondisi perekonomian Asia tahun 2001 tidak akan lebih baik dibandinghkan tahun 2000. Bahkan Deutsche bank Hongkong memperkirakan kondisi perekonomian Asia pada tahun 2000 tidak akan berbeda jauh sperti pada tahun 1999, yg selain masih terperangkap dalam resesi, juga terpukul oleh lambatnya permintaan impor dari pasar besar, yakni Amerika serikat. Deutsche bank memperkirakan pertumbuhan ekspor Asia akan anjlok sebesar 40% pada tahun 2001. Sementara Merril Lynch Singapura memprediksi ekspor Asia akan naik sebesar 7% setelah tumbuh 20% pada tahun 2000.
   Sementara itu JP Morgan memperkirakan bahwa setelah mengalami Ekspor sebesar 7,8% pada tahun pertama tahun 2000, PDB riil Asia hanya akan tumbuh 3% pada kuartal keempat. Untuk tahun 2001 JP Morgan memperkirakan pertumbuhan ekonomi Asia akan turun sebesar 5,4%.



0 komentar:

Posting Komentar