Senin, 12 Januari 2015

sudahlah...

“Hai, apa kabar?
Lagi apa? Lagi dimana? sudah makan?”
ahhh.. sudahlah lupakan saja semua itu, ingin untuk mengirim pesan seperti itu,
tapi nyaliku tak sebesar seperti kau kira. Sudah jangan bohongi diri sendiri, jujur saja pasti ingin mengirim pesan seperti itu. Tapi seakan jari jari ini kaku, rasa yang terkanal gengsi itu pun muncul.

“untuk apa kau masih menguhubungi dia yang jelas jelas sudah tidak ingin bersama?” ego ku seakan bicara seperti itu.
“kalau kangen ya bilang saja kangen, tidak ada salahnya jika menanyakan kabar, bukankah memutuskan tali silahtrurahmi itu tidak baik?” jauh di hati ku berbisik.

Lalu apa yang harus aku lakukan? Menuruti ego ku? Atau mengatakan bahwa benar apa yang ada dihatiku.
Terkadang ku berpikir, untuk apa mempertahankan semua ego, memendam semua rasa, menahan semua kata yang ingin ku ucapkan kepadanya.
Mendapakankan hukumankah kalau aku melakukan itu?
Tidak dianggap kah aku sebagai teman oleh teman teman ku?
Ahhh sungguh konyol jika itu terjadi..

tidak adasalahnya jika ingin sekedar bertanya, takut? Untuk apa? Gengsi untuk apa?
Takut tidak di balas, takut ia sudah mendapakan pengganti dalam sepinya.
Untuk mengetahui sejauh mana kabar ia sekarang, apakah kau juga rasakan yang sama.
Gengsi kenpa harus aku yang memulai, kenapa tidak kau yang memberiku kabar, kenapa harus aku?

Mau sampai kapan harus seperti ini?

Memberanikan diri untuk bertanya padanya. Untuk mengabarinya. Lalu apa yang terjadi jika pesan ku tidak dibalas? Menangis semalam”aahhhh sungguh alay” . iya sudah jika pesanku tidak dibalas. Setidaknya aku sudah mencoba, dan memnghilangkakn semua rasa penasaran. Aku tidak pernah tau apa yang sebenarnya ia rasakan. Setidaknya diriku sudah berhasil mengalahkan rasa gengsiku.

0 komentar:

Posting Komentar